POROSNEWS. COM – Meskipun Pelaksanaan pemilu legislatif (pileg) pada tanggal 9 April lalu berjalan dengan kondusif dan damai. Namun demikian masih banyak catatan dan kekurangan dari pesta demokrasi tersebut.
Pemerhati pemilu Lingkar Madani Untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan, selain persoalan logistik dan tertukarnya ribuan surat suara. Persoalan lain yang juga penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah masih banyaknya praktik ‘money politic’ atau serangan fajar yang umumnya dilakukan caleg dengan modal kapital besar.
“Masih maraknya politik uang. Intensitas merayu pemilih dengan uang terlihat masih marak menjelang hari H pencoblosan. Tentu hal ini terkait dengan lemahnya pengawasan,” kata pria bernama asli Ahmad Fauzi tersebut dalam keterangan pers yang diterima PorosNews. Com, Jakarta, Jum’at (11/4).
Penggiat demokrasi yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemilu Demokratis (KMPD) menambahkan, meskipun struktur Bawaslu telah ada sampai ke tingkat desa atau Kelurahan dan kemudian ditambah dengan adanya puluhan ribu relawan pemantau pemilu yang tersebar diberbagai pelosok tanah air namun fungsi pengawasan belum maksimal berjalan.
Terkait dengan hal tersebut, Ray mendorong kepada pihak terkait untuk mengevaluasi kinerja dan performa lembaga pengawas penyelenggara dan peserta pemilu tersebut. Sebab, kinerja yang ditunjukkan oleh lembaga pimpinan Muhammad tersebut belum maksimal dan sesuai dengan ekspektasi publik.
“Kinerja Bawaslu yang melempem sepanjang pemilu legslatif harus segera dikoreksi. Kinerja mereka tidak sesuai harapan, dan nampak tidak memiliki kontribusi besar untuk mencegah pelanggaran. Jangan sampai masyarakat kembali kecewa dan akhirnya bersikap tidak peduli dengan pemilu,” tutup Ray. (PN/JL)