POROSNEWS. COM – Caleg petahana yang juga anggota Komisi III DPR RI fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo menegaskan dugaan terjadinya praktik ‘money politic’ dalam pelaksanan pemilu legislatif (pileg) yang digelar pada tanggal 9 April 2014 lalu betul-betul terjadi dan bukan hanya sebatas isapan jempol semata.
Melalui keterangan pers yang diterinma PorosNews. Com, wakil ketua Bendahara DPP Partai Golkar menegaskan, dirinya bersama dengan tim suskesnya mengaku geram dengan ulah pengecut yang dilakukan aktor politik tersebut.
“Namun, ‘Money politics’ pada pemilu kali ini saya akui luar biasa. Terang-teranganan sekali. Aparat sampai tidak berdaya. Saya Keluarkan pengumuman sayembara di koran lokal bagi yang menangkap tangan pelaku money politics dapat hadiah Rp.5juta. Dan hal itu pun tidak laku,” jelas politisi yang akrab disapa Bamsoet, Selasa (15/4).
Lebih lanjut Bamsoet menjelaskan, praktik ‘money politic’ dilakukan hampir merata oleh seluruh caleg dan partai politik peserta pemilu. Puluhan miliar uang ditebar oleh caleg guna menarik simpati publik dan mendulang perolehan suara.
“Yang saya surprise, partai berbasis Islam juga gila-gilaan. Jangan ditanya lagi, soal partai-partai baru. Mereka seperti tidak percaya diri. Mereka tebar ribuan amplop agar dipilih. Saya tidak tahu mereka dapat uang dari mana. Yang kalem, justru partai lama seperti PDIP dan Golkar,” tegas caleg petahana dari dapil Jawa Tengah VII tersebut.
Masih kata Bamsoet, arah perjalanan demokrasi bangsa Indonesia sudah benar-benar melenceng jauh bahkan sangat rusak. Betaa tidak pada H-2 sebelum dilaksnakan pileg transaksi langsung terjadi hingga pelosok-pelosok desa. Ada amplop ada suara, begitulah pesan yang disampaikan tim-tim sukses.
Bamsoet sendiri mengaku mendapat desakan dari tim suksesnya agar ikut masuk dalam permainan kalau mau menang. Mengingat caleg-caleg pusat dari partai-partai lain sudah memborbadir amplop.
“Saya jawab, tidak. Kalau mereka mau memilih saya terima kasih. Kalau tidak ya rapopo. Syukurlah Pemilih cerdas di perkotaan tidak terpengaruh. Tetap memilih saya. Hanya kantong-kantong Golkar yang dipinggiran saja yang goyang dan terpengaruh. Dan hasilnya, satu kursi kuning di basis merah sebagai tiket saya kembali ke Senayan,” tutupnya. Marcopolo.